BELAJAR
Pengertian
Dampak dari setiap perbuatan belajar adalah terjadinya perubahan dalam aspek fisiologis dan psikologis. Perubahan dalam aspek fisiologis, misalnya dapat berjalan, berlari, dan mengendarai kendaraan, sedangkan dalam aspek psikologis berupa diperolehnya pemahaman, pengertian tentang apa yang dipelajari, seperti pemahaman dan pengertian tentang ilmu pengetahuan, nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
Dalam kegiatan belajar melibatkan aspek fisiologis atau struktur, yaitu otak dan aspek psikologis atau fungsi (berpikir). Beberapa pengertian tentang belajar dapat diketengahkan sebagai berikut.
a. Pengertian tradisional, "Belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah
pengetahuan" (Nasution, 1980).
b. Mengutip pendapat Ernest H. Hilgard, "Belajar adalah dapat melakukan sesuatu yang
dilakukannya sebelum is belajar atau bila kelakuannya berubah sehingga lain caranya
menghadapi sesuatu situasi daripada sebelum itu" (Sumadi S., 1984).
c. Dalam pengertian singkat belajar adalah "A change behavior" atau perubahan perilaku
(Sumadi S., 1984).
d. Mengutip pendapat Cronbach, "Belajar sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan
dalam mengalami itu menggunakan pancaindranya" (Sumadi S., 1984).
e. Belajar adalah "Bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang
dinyatakan dalam cara-cara berperilaku yang baru berkat pengalaman dan latihan" (Oemar
H., 1983).
f. Belajar adalah "Proses perubahan dalam diri manusia" (Ahmadi A., 1999).
g. Belajar adalah "Usaha untuk menguasai segala sesuatu yang berguna untuk hidup"
(Notoatmodjo, 1997).
Kegiatan Belajar
Setiap kegiatan belajar diharapkan akan ada perubahan pada diri individu, seperti dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak dapat mengerjakan menjadi dapat meiigerjakan, dan dari semula tidak paham menjadi paham.
Perubahan yang terjadi pada diri individu tidak selalu diakibatkan perbuatan belajar, tetapi dapat disebabkan oleh proses pematangan, misalnya dapat berjalan, dapat duduk, dan dapat berlalu. Namun, ada perubahan yang terjadi bukan karena perbuatan belajar, yaitu pada saat keadaan terjepit, misalnya Si A karena dikejar anjing lari dan serta-merta memanjat pohon, padahal semula Si A sama sekali tidak dapat memanjat pohon.
Ciri-Ciri Kegiatan Belajar
a. Terjadi perubahan baik aktual maupun potensial pada diri individu yang belajar.
b. Perubahan diperoleh karena usaha dan perjuangan.
c. Perubahan didapat karena kemampuan bare yang berlangsung relatif lama.
Teori Belajar
Teori belajar atau konsep belajar, yaitu suatu konsep pemikiran yang dirumuskan mengenai bagaimana proses belajar itu terjadi. Menurut Notoatmodjo (1997) bahwa teori belajar dapat dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Teori yang hanya memperhitungkan faktor yang datang dari luar individu (faktor,
eksternal), dikenal dengan teori stimulus dan respons.
b. Teori yang memperhitungan faktor yang berasal dari dalam individu (faktor
internal), maupun yang berasal dari luar individu (faktor ekstem), dikenal dengan teori
transformasi.
Teori belajar yang termasuk ke dalam teori stimulus dan respons adalah teori asosiasi. Dalam teori ini belajar tidak lain adalah mengambil dan menggabungkan tanggapan (respons) karena rangsangan (stimulus), dengan jalan mengulang-ulang. Semakin banyak stimulus yang diberikan, makin banyak respons yang diperoleh.
Teori belajar yang termasuk ke dalam teori transformasi, yaitu:
a.Teori transformasi yang beflandaskan psikologi kognitif-Menurut Neisser
(Notoatmodjo, 1997) bahwa proses belajar merupakan transformasi dari input,reduksi
input, analisis input, disimpan, ditemukan kembali, dan dimanfaatkan.
b. Awal individu belajar adalah interaksi individu dengan dunia luar, masukan sensoris,
diseleksi, masuk dalam memori, dan menyangkut domain kognitif, afektif, dan psikomotor.
Beberapa teori belajar yang banyak dikemukakan para ahli, yaitu:
Konsepsi Spekulatif
Teori yang dikelompokan ke dalam konsepsi ini semata-mata hanya pendapat para ahli, tanpa dibuktikan melalui penelitian atau percobaan. Teori yang masuk ke dalam konsepsi ini adalah:
a. Pendapat ahli scolastic-Bahwa belajar itu pada intinya adalah ulangan, artinya bahwa belajar hakikatnya mengulang-ulang materi yang harus dipelajari, semakin Bering diulang maka materi tersebut makin diingat dan dikuasai.
b. Kontrareformas---Proses belajar yang menjadi pokok atau induk adalah "mengulangi". Semboyan yang terkenal adalah "repetitio est mater studiorum ".
c. Konsep psikologi daya atau faculty psych o logy-Pe lopo mya adalah Christain Van Volf. Menurut konsepsi ini,belajar tidak lain adalah usaha untuk melatih daya jiwa yang terdapat pada otak agar berkembang sehingga kita dapat berpikir, mengingat dengan cara menghafal, memecahkan soal, dan bermacam-macam kegiatan lainnya.
Dasar teori ini adalah adanya anggapan bahwa jiwa manusia terdiri dari berbagai daya, seperti daya pikir, mengenal, mengingat, mengamati, daya khayal, dan daya merasakan. Daya ini dapat berkembang dan berfungsi dengan baik apabila dilatih secara berulang kali.
Contoh:
• Daya berpikir akan berkembang apabila pikiran digunakan untuk memecahkan soal.
• Daya mengingat akan berkembang apabila mengulang-ulang hal yang sama.
Pendekatan Eksperimental
Pelopornya adalah Ebbinghaus. Teori ini tidak bersifat spekulatif belaka dalam mengemukakan pendapatnya, tetapi sudah melalui penelitian dan percobaan¬percobaan.
Dari penelitian dan percobaan tersebut, disimpulkan bahwa inti belajar adalah ulangan.
Teori Belajar Asosiasi
Pelopornya adalah Thorndike. Teori ini mengatakan bahwa jiwa manusia terdiri dari asosiasi bermacam-macam tanggapan yang masuk, yang terbentuk karena hubungan stimulus-respons.
Proses belajar pada intinya adalah penguatan antara stimulusrespons. Sifat belajar menurut teori ini adalah "Trial and error learning".
Classical Conditioning
Dinamakan juga Pavlonisme karena peletak tori ini adalah Pavlov. Inti penelitiannya sebagai berikut.
a. Eksperimennya menggunakan anjing yang telah dioperasi kelenjar ludahnya (glandula salivase) sehingga air liur yang keluar dapat ditampung dan diukur. Apabila ada makanan, keluarlah air liur sebagai respons.
b. Percobaan selanjutnya adalah membunyikan bel terlebih dahulu sebelum diberikan makanan.
c. Percobaan dilakukan berulang kali dan ternyata hasilnya bunyi bel saja tanpa
memberikan makanan sudah dapat menimbulkan keluamya air liur secara refleks.
Dari perobaan tersebut, terjadi:
a. Bunyi bel = conditioning stimulus (CS) = perangsang bersyarat.
Makanan = unconditioning stimulus (US) = perangsang tak bersyarat.
b. Keluarnya air liur karena bunyi bel disebut conditioning reflex
c. Keluarnya air liur karena makanan disebut unconditioning reflex.
Kesimpulan teori ini adalah segala sesuatu yang dipelajari dapat dikembalikan kepada stimulus dan respons. Mendidik pada dasarnya adalah memberikan stimulus tertentu yang menimbulkan respons yang kita inginkan. Hal ini hendaknya dilakukan berulang-ulang agar hubungan stimulus dan respons semakin kuat.
Behaviorism
Pelopornya adalah Watson. Pendapat yang dikemukakan, yaitu:
a. Teori stimulus dan respon-Apabila kita menganalisis tingkah lake yang kompleks, akan ditemukan rangkaian unit stimulus dan respons yang disebut refleks. Stimulus merupakan situasi objektif (seam dan sinar) dan respons adalah reaksi subjektif individu terhadap stimulus (mengambil makan karena lapar atau menutup pintu karena ada angin kencang).
b. Pengamatan dan kesan Adanya kesan motoris ditujukan terhadap berbagai stimulus.
c. Perasaan, tingkah lake, dan afektif-Ditemukan tiga reaksi emosional yang dibawa sejak lahir, yaitu: takut, mash, dan cinta. Perasaan senang dan tidak senang adalah reaksi senso-motoris.
d Teori Berpiki-Berpikir harus merupakan tingkah laku sensomotoris dan berbicara dalam hati adalah tingkah laku berpikir.
e. Pengaruh lingkungan terhadap perkembangan individu-Reaksi instinktif atau kodrati yang dibawa sejak lahir jumlahnya sedikit sekali, sedangkan kebiasaan¬kebiasaan yang terbentuk dalam perkembangan disebabkan oleh latihan dan belajar.
Operant Conditioning
Pelopornya adalah Skinner. Dalam teori ini disebutkan bahwa ada dua macam respons, yaitu:
a Respondent response (reflexive response atau respondense behavior)-Response ini ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu yang disebut electing stimuli yang sifatnya relatif tetap dan terbatas serta hubungan antara stimulus dan respons sudah pasti sehingga kemungkinan untuk dimodifikasi kecil, misalnya makanan yang menimbulkan keluarnya air liur.
b. Operant response (instrumental response atau instrumental behavior) Respons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu, yang biasa disebut reinforcing stimuli atau reinforces. Perangsang tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme sehingga sifatnya mengikuti; Misalnya, seorang anak belajar, kemudian memperoleh hadiah sehingga ia akan lebih giat lagi belajar, berarti responsnya menjadi lebih kuatlintensif.
Respons ini merupakan bagian yang terbesar daripada tingkah lake manusia dan kemungkinannya untuk dimodifikasi tak terbatas. Titik best teori Skinner terletak pada respons kedua ini.
Teori Gestalt atau Organis
Teori ini menyebutkan bahwa jiwa manusia merupakan suatu kesatuan yang bulat (holistik) bukan tanggapan. Jiwa manusia bersifat liidup dan dinamis atau aktif berinteraksi dengan lingkungan. Oleh karena itu, belajar berarti bereaksi, mengalami, berbuat, berpikir secara kritis.
Dan teori ini dapat dikemukakan adanya beberapa asas belajar, yaitu: a. Keseluruhan lebih dari jumlah bagian-bagian.
b. Belajar tidak lain adalah proses perkembangan.
c. Belajar adalah reorganisasi pengalaman.
d. Belajar akan lebih berhasil apabila ada minat atau keinginan dan bertujuan. e. Belajar merupakan proses yang berlangsung terus-menerus.
FAKTOR YANG MEMENGARUHI BELAJAR
Terdapat tiga persoalan yang fundamental dalam setiap kegiatan belajar. Kegiatan belajar adalah suatu sistem yang terdiri dari input, process, dan output.
a. Input-Berupa subjek belajar, sasaran belajar, atau individu itu sendiri yang memiliki latar belakang bermacam-macam.
b. Process-Di dalam proses belajar terjadi interaksi timbal balik dari berbagai faktor, yaitu: subjek belajar (peserta didik), pengajar atau fasilitator (guru, dosen, atau pembimbing), metode, alat bantu belajar mengajar (ABBM), dan materi atau bahan yang dipelajari.
c. Output-Keluaran berupa hasil belajar yang terdiri kemampuan baru atau perubahan baru pada diri subjek belajar, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat, dan dari tidak terampil menjadi terampil.
Menurut Notoatmodjo (1997) sesuai pendapat J. Guilbert bahwa faktor-faktor yang memengaruhi proses belajar meliputi:
a. Materi yang dipelajari Materi di sini adalah bahan pelajaran yang digunakan untuk membentuk sikap, memberikan keterampilan atau pengetahuan. Materi untuk ketiga aspek tersebut substansinya akan berbeda.
b. Lingkungan-Terdiri dari faktor fisik (suhu, cuaca, kondisi tempat belajar, ventilasi, penerangan, dan kursi belajar) dan faktor sosial (manusia dengan segala interaksinya, status, dan kedudukannya).
c. Instrumental- Terdiri dari perangkat keras/hardware (perlengkapan belajar dan alat bantu belajar mengajar) dan perangkat lunak/software (kurikulum, fasilitator, dan metode belajar).
d. Kondisi individu atau subjek belajar-Terdiri dari kondisi fisiologis (keadaan fisik, pancaindra, kekurangan gizi, dan kesehatan) dan kondisi psikologis (inteligensi, bakat, sikap, daya kreativitas, persepsi, daya tangkap, ingatan, dan motivasi).
Faktor-faktor yang memengaruhi belajar juga dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan eksternal.
Faktor internal atau endogen
Faktor ini berasal dari dalam diri individu, terdiri dari:
a. Faktor frsiologis:
• Kematangan fisik-Fisik yang sudah matang atau siap untuk belajar akan mempermudah dan memperlancar proses belajar atau sebaliknya.
• Keadaan indra-Keadaan indra yang sehat atau normal, terutama penglihatan dan pendengaran akan memperlancar dan mendukung proses belajar atau sebaliknya.
• Keadaan kesehatan-Kondisi badan yang tidak sehat termasuk kecacatan ataupun kelemahan, misalnya: kurang gizi, sakit-sakitan, kurang vitamin, gangguan bicara, atau cacat badan lain, akan menjadi kendala dan menghambat proses belajar atau sebaliknya.
b. Faktor psikologis:
• Motivasi-Belajar yang dilandasi motivasi yang kuat dan berasal dari dalam din' individu akan memperlancar proses belajar atau sebaliknya.
• Emosi Emosi yangstabil, terkendali, dan tidak emosional akan mendukung proses belajar. Sebagai contoh mahasiswa yang IQ-nya di atas rata-rata, tetapi emosinya labil sehingga menghadapi permasalahan kecil mudah marah, mudah putus asa, tidak tekun sehingga akan menghambat proses belajar atau sebaliknya.
• Sikap-Sikap negatif terhadap mata pelajaran,. facilitator, kondisi fisik, dan dalam menerima pelajaran, dapat menghambat atau kendala dalam proses belajar atau sebaliknya.
• Minat-Bahan pelajaran yang menarik minat akan mempermudah individu untuk mempelajari dengan sebaikbaiknya atau sebaliknya.
• Bakat-Seseorang yang tidak berbakat pada bidang tertentu, apabila memasuki jurusan atau mengikuti pelajaran yang tidak sesuai bakatnya akan menimbulkan hambatan dalam proses belajar atau sebaliknya.
• Inteligensi-Di antara berbagai faktor yang dapat memengaruhi belajar, faktor inteligensi sangat besar pengaruhnya dalam proses dan kemajuan belajar individu. Apabila individu memiliki inteligensi rendah, sulit untuk memperoleh hasil belajar yang baik atau sebaliknya.
• Kreativitas-Individu yang memiliki kreativitas ada usaha untuk memperbaiki kegagalan sehingga akan merasa aman bila menghadapi pelajaran.
Faktor eksternal atau eksogen
Faktor ini berasal dari luar diri individu, terdiri dari:
a. Faktor sosial, yaitu faktor manusia lain yang berada di luar diri subjek yang sedang belajar. '
• Orang tua-orang tua yang mampu mendidik dengan balk, mampu berkomunikasi dengan baik, penuh perhatian terhadap anak, tahu kebutuhan dan kesulitan yang dihadapi anak, dan mampu menciptakan hubungan baik dengan anak-anaknya, akan berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar anak tersebut atau sebaliknya.
• Manusia yang hadir-Manusia yang hadir pada saat seseorang sedang belajar dapat mengganggu proses belajar, misalnya: Suasana rumah yang gaduh, sekitar kelas banyak anak bermain, atau suasana di sekitar rang kelas yang berisik.
• Bukcm manusia yang hadir-Dapat berupa film, video, VCD, atau kaset yang di putar sehingga dapat mengganggu individu yang sedang belajar.
b. Faktor nonsocial:
• Alat Bantu belajar mengajar (ABBM) yang lengkap akan membantu proses belajar atau sebaliknya.
• Metode mengajar yang memadai akan membantu proses belajar atau sebaliknya.
• Faktor udara, cuaca, waktu, tempat, sarana, dan prasarana, dapat memengaruhi proses belajar.
PRINSIP BELAJAR EFEKTIF
a. Belajar harus mempunyai tujuan yang jelas dan terarah.
b. Tujuan belajar merupakan kebutuhan bukan paksaan oranglain.
c. Belajar harus disertai niat, hasrat, dan kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan.
d. Dalam mencapai tujuan belajar, pasti akan menghadapi bermacam-macam hambatan atau
kendala sehingga perlu ketekunan berusaha.
e. Bukti bahwa seseorang sudah belajar ditandai adanya perubahan perilaku dari tidak tahu
menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
f. Belajar akan memperoleh civil effect, disamping dari tujuan pokok.
g. Belajar adalah proses aktif sehingga perlu interaksi antara individu dan lingkungan.
h. Belajar akan lebih berhasil apabila berbuat atau melakukan sesuatu (learning by doing).
i. Belajar harus mencakup aspek knowledge, affective, dan psychomotor.
j. Belajar perlu ada binibingan dan bantuan orang lain.
k. Belajar perlu "insight" atau "tilikan" atau pemahaman tentang hal-hal yang dipelajari
sehingga diperoleh pengertian.
1. Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar sesuatu yang dipelajari dapat dikuasai.
m. Belajar dapat dikatakan berhasil apabila dapat menerapkan dalam bidang praktik
sehari-hari.
HUKUM BELAJAR
Hukum kesiapan (law of readiness)
a. Seseorang yang sudah siap untuk belajar maka tindakannya akan memuaskan.
b. Seseorang yang sudah siap belajar apabila tidak mendapat kesempatan untuk
melakukan, dapat menimbulkan gangguan maupun kekecewaan.
c. Seseorang yang tidak siap belajar apabila dipaksakan, akan dapat mengakibatkan
gangguan maupun kekecewaan.
Hukum latihan (law of exercise)
Hubungan stimulus dan respons bertambah erat apabila sering digunakan, dan akan berkurang atau bahkan lenyap apabila jarang/ tidak digunakan. Oleh karena itu, belajar perlu diadakan ulangan, latihan, dan pembiasaan.
Hukum dampak (law of effect)
Hubungan stimulus dan respons akan bertambah erat apabila disertai oleh perasaan senang atau puas, tetapi menjadi lemah bahkan lenyap apabila disertai rasa tidak senang atau kecewa. Oleh karena itu, perlu membesarkan hati kepada individu yang belajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar